Ulos atau kain ulos merupakan kain yang berbentuk seperti selendang. Kain ini memiliki peranan penting bagi kehidupan orang Batak. Ulos merupakan salah satu pusaka budaya khas nusantara yang dikembangkan oleh suku Batak, Sumatera Utara. Awalnya, ulos hanya difungsikan untk menghangatkan badan. Dalam budaya batak dikenal istilah ‘mengulosi’. Ini berarti menghangatkan badan menggunakan ulos. Dalam mengulosi ada aturan yang wajib dipatuhi, di antaranya adalah seseorang hanya diperkenankan mengulosi berdasarkan kekerabatan dari yang lebih tua ke yang lebih muda. Contohnya oragtua dapat mengulosi anaknya, namun anak tidak diperkenankan mengulosi orangtuanya.
Bagi suku Batak, kain ini merupakan simbol kasih sayang dari orangtua pada anaknya atau anak kepada orangtuanya. Prinsip kekerabatan dalam budaya Batak dikenal dengan Dalilan Na tolu. Prinsip ini terdiri dari unsur dongan sabutuha dan hula-hula boru. Jadi seorang boru sam tidak diperkenankan untuk mengulosi hula-hulanya. Selain itu, ulos yang diguanakan untuk mengulosi juga tidak bisa sembarangan.
Setiap ulos mempunyai fungsi, sifat, keadaan, dan kaitan dengan benda atau hal-hal tertentu. Dalam kepercayaan suku Batak, terdapat 3 unsur dasar yang melandasi kehidupan manusia yakni panas, darah, dan napas. Napas dan darah adalah unsur yang diberikan oleh Tuhan sedangkan unsur panas tidak selalu merupakan dari Tuhan. Panas dapat berupa api, matahari, atau panas buatan manusia. Panas matahari belum mampu menangkal udara dingin malam di pemukiman masyarakat Batak. Ulos telah menjadi sumber panas selain api dan matahari. Oleh sebab itu, ulos berfungsi untuk memberi panas yang menyenangkan dan menyehatkan.
Suku Batak jaman dulu tinggal di daerah dataran tinggi yang sangat dingin. Awalnya, suku Batak mengandalkan api dan matahari untuk melawan dinginnya udara tersebut. Namun mereka sadar bahwa mereka tidak bisa memerintah matari sesuai keinginannya. Di siang hari, mendung kadang tidak bersahabat. Sedangkan saat malam hari, udara dingin semakin menjadi. Api sebagai alternatif kedua tidak cukup praktis digunakan saat tidur karena sangat beresiko. Akhirnya mereka pun menemukan alternatif lain yang lebih praktis yaitu dengan membuat kain tebal dan elmbut. Kain tersebut dibuat dengan motif yang indah. Kain tersebut selanjutnya diberi nama ulos. Ulos berarti selendang.
Kain ulos didominasi oleh warna hitam, merah, dan putih. Kain ini biasanya ditenun menggunakan benang berwarna perak atau emas. Konon, ada ulos jenis tertentu yang dipercaya memiliki unsur magis dan dianggap keramat. Saat ini ada banyak jenis ulos yang digunakan oleh suku Batak. Jenis-jenis tersebut misanya ulos si tolu tuho, ulos rujjat, ulos suri-suri, ulos ragi idup mangiring, ragi idup silindung, ulos sadum, dan masih banyak jenis ulos lainnya.
Ulos si tolu tuho biasanya hanya dikenakan sebagai selendang wanita atau ikat kepala. Ulos rujjat biasanya hanya dipakai oleh orang-orang terpandang atau orang kaya, dan ulos suri suri yang biasa dipakai wanita sebagai sabe-sabe.
Ulos ragi idup mangiring memiliki corak yang saling beriringan. Ulos seperti ini melambangkan kesepakatan dan kesuburan. Biasanya, ulos idup mangiring diberikan oleh orangtua sebagai ulos parompa untuk cucunya. Selan itu ada juga ulos sadum yang berwarna cerah. Ulos ini biasanya dipakai pada saat suasana suka cita seperti acara pernikahan atau pesta.
Bagi suku Batak, kain ulos menjadi bagian penting untuk ritual adat Batak. Jika dalam sebuah upacara adat ulos tidak diguanakan misalnya saat upacara kematian, lahiran, pernikahan, dan upacara-upacara lainnya, upacara tersebut dianggap tidak sah.
Ulos sebagai bagian seni tekstil budaya Indonesia. Bahasan diatas sangat menambah wawasan tentang Kain Ulos
[…] Sumber : Pusaka-Pusaka.com […]
Seharusnya ada badan yang mengurusi pelestarian budaya Batak agar tidak sampai punah eksistensi Batik ini.