Tjong A Fie bisa dikatakan sebagai salah satu pendiri kota Medan karena kesuksesannya yan g turut juga mengembangkan perekonomian dan pembangunan kota Medan. Karena kesuksesannya dalam membangun bisnis di tanah Sumatera, Tjong A Fie dipercaya sebagai pemimpin komunitas Tionghoa di Medan atau yang pada saat itu dikenal dengan nama Kapitan Tionghoa. Tjong A Fie telah sukses membangkitkan perekonomian dalam perantauannya di Sumatera melalui bisnis perkebunan kelapa sawit dan gula, pabrik, bank dan juga perusahaan kereta api.
Ia juga termasuk salah satu orang terkaya di Asia Tenggara dengan jumlah karyawan lebih dari 10.000 orang. Dengan kegigihannya tersebut Tjong A Fie telah menciptakan sendiri semua yang ia butuhkan untuk bisnis perkebunannya. Misalnya perusahaan kereta api untuk transportasi, bank untuk urusan keuangan dan juga pabrik untuk mengolah hasil kebunnya.
Itulah yang membuat Tjong A Fie dianggap sebagai salah satu pendiri kota Medan, karena dia juga turut andil dalam pembangunan kota Medan dan juga bangkitnya perekonomian di Medan. Karena kesuksesannya itu pula ia memiliki kedekatan khusus dengan sultan Deli dan pemerintah Hindia-Belanda. Namun Tjong A Fie tetap menjalani bisnisnya sendiri tanpa bantuan para pembesar di tanah Sumatera pada saat itu. Rumah yang pada saat itu ditinggali Tjong A Fie beserta keluarga, kini telah dibuka untuk umum sebagai tempat wisata. Rumah itu memiliki tiga bagian bangunan, yaitu bangunan utama, sayap kanan dan sayap kiri.
Sayap kanan yang pada saat Tjong A Fie masih ada difungsikan untuk tempat tinggal para pembantu Tjong A Fie, kini ditinggali keluarga Tjong A Fie sehingga tidak bisa dikunjungi wisatawan. Sedangkan Bangunan utama dan sayap kiri yang pada saat Tjong A Fie masih ada digunakan untuk tempat tinggal Tjong A Fie beserta keluarga, kini dibuka untuk umum sebagai tempat wisata. Wisatawan biasanya diajak memasuki rumah Tjong A Fie dari pintu sayap kiri. Disini terdapat beberapa hiasan dinding yang salah satunya adalah pesan Tjong A Fie sebelum meninggal. Salah satu pesannya adalah untuk menggunakan sebagian harta yang tertinggal untuk kepentingan pendidikan masyarakat kurang mampu.
Didalam rumah ini anda juga bisa menemui berbagai foto keluarga Tjong A Fie satu abad yang lalu, lengkap dengan silsilah kelurga Tjong A Fie. Campuran antara budaya Melayu, Cina dan Eropa jelas terlihat di setiap sudut rumah Tjong A Fie. Beberapa daun pintu terlihat sangat mencirikan budaya Cina dengan ukiran dan lukisannya yang khas. Sedangkan beberapa pintu lainnya, jendela dan juga tirai terlihat mencerminkan budaya Melayu. Pada sofa megah di ruangan utama dan juga furnitur didalam kamar, terlihat jelas gaya Eropa yang tak kalah megah. Jendela-jendela di lantai dua terlihat sangat mencirikan gaya Melayu dengan warna kuning dan hijaunya yang khas.
Di lantai dua ini terdapat sebuah ruangan luas yang bisa dikatakan sebagai ballroom, Tjong A Fie dan kerabatnya sering mengadakan pesta dansa di ruangan ini. Sementara untuk upacara keagamaan, Tjong A Fie dan keluarga biasanya melakukannya di sebuah ruang terbuka di tengah bangunan. Ruang ini juga disebut sebagai sumur surga karena merupakan pusat ventilasi seluruh bangunan dimana jendela-jendela dan pintu-pintu berdaun dua terbuka lebar mengizinkan udara masuk dengan leluasa. Didepan ruangan ini juga terdapat ruangan tempat Tjong A Fie biasa menerima tamu.