Wayang merupakan seni pertunjukkan asli milik Indonesia yang mana telah berkembang pesat baik itu di Jawa dan di Bali. Selain hal itu, juga beberapa daerah misalnya Semenanjung, Sumatera, serta Malaya. Beberapa wilayah ini juga memiliki beberapa dari budaya wayang yang terpengaruh kebudayaan Hindu dan Jawa. UNESCO yaitu lembaga yang membawahi kebudayaan dan pendidikan dari PBB tahun 2003 menetapkan bahwa wayang adalah merupakan pertunjukkan bayangan boneka yang tersohor dari Indonesia. Wayang merupakan sebuah warisan dari mahakarya dunia yang mana tak ternilai dalam seni bertutur manusia (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Berbicara tentang pertunjukan boneka, tak hanya Indonesia yang punya. Negara lainpun juga punya, Jepang misalnya. Namun, wayang yang dimiliki oleh Indonesia memiliki gaya tutur yang khas dan unik semakin menambah nilai estetika tersendiri. Tidak salah jika UNESCO memilihnya.
Secara tertulis tak ada memang bukti yang mengatakan bahwa wayang menunjukkan ada sebelum agama Hindu mulai menyebar di daerah Asia Selatan. Diperkirakan pula, seni pertunjukan ini dibawa masuk oleh pedagang dari India. Meskipun demikian, kejeniusan dari lokal serta kebudayaan yang ada ternyata sebelum masuknya Hindu menyatu dulu dengan perkembangan seni pada pertunjukan yang masuk serta memberi warna khas atau tersendiri pada seni di Indonesia. Sampai saat inipun, catatan awal yang dapat didapat tentang wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4 yang mempunyai bunyi si Galigi mawayang. Saat agama Hindu memasuki Indonesia, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan yang telah ada, seni pertunjukan ini atau wayang menjadi media yang sangat efektif untuk menyebarkan agama Hindu ini. Pertunjukan wayang disetting dengan menggunakan cerita Ramayana serta Mahabharata.
Senada pula dengan awal masuknya Islam. Saat pertunjukan wayang yang ditampilkan peran “Tuhan” atau disebut “Dewa” diperankan oleh wujud manusi, dilarang keras oleh agama dilarang, lalu munculah boneka wayang yang awalnya terbuat dari kulit sapi, yang mana, ketika pertunjukan di mulai yang ditonton hanya bayangannya saja. Wayang inilah yang kini kita mengenalnya dengan wayang kulit. Dalam menyebarkan agama Islam, sempat berkembang juga wayang Sadat dengan mencampurkan dan memperkenalkan nilai-nilai dari agama Islam. Pada agama misionaris Katolik, pada saat itu Pastor tahun 1960 dalam misi suci agamanya menyebarkan agama Katolik ke pelosok Indonesia, ia juga mengembangkan wayang, yang dinamakan Wayang Wahyu, dengan sumber cerita Alkitab.
Jenis-jenis dari wayang jika diklasifikasikan menurut bahan diantaranya wayang kulit, wayang kayu, wayang orang, wayang rumput, serta jenis-jenis wayang menurut atau sesuai dengan asal daerah. Sementara, menurut daerahnya, maka wayang kulit dibagi lagi menjadi, wayang Purwa, yang terdiri atas wayang kulit Gagrag Banyumas, lalu wayang Gragag Yogyakarta. Wayang madya. Lalu wayang Gedog. Wayang Dupara, wayang Krucil, wayang Calonarang, Wayang Dupara, Wayang Suluh. Wayang Ajen, Wayang Sadat, Wayang Sasak, Wayang Parwa, wayang Arja, wayang Gambuh, Wayang Beber. Sementara itu untuk wayang kayu diantaranya wayang golek, wayang menak, wayang thengkul, wayang papak, wayang cepak, wayang klithik, wayang potehi, wayang timplong. Wayang orang, diantaranya wayang gung, dan wayang topeng. Wayang rumput contoj=hnya wayang suket. Wayang suket adalah bentuk dari tiruan berbagai figure dari wayang kulit namun terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket umumnya dibuat untuk alat permainan atau sebagai penyampaian cerita dari perwayangan untuk anak-anak di daerah desa-desa di Jawa. Membuatnya sangat mudah, beberapa helai dari daun rerumputan dijalin kemudian dirangkai hingga membentuk figure atau tokoh serupa wayang kulit.
Sebagai salah satu usaha melestarikan serta menjaga warisan budaya, semoga informasi ini dapat bermanfaat, terutama bagi orang tua yang memiliki anak kecil.