Tradisi Nguncal Balung, Tradisi Pantangan Saat Galungan-Kuningan

Home » Pusaka Budaya » Tradisi Nguncal Balung, Tradisi Pantangan Saat Galungan-Kuningan

nguncang galungSeminggu sebelum hari raya Galungan sapai 35 hari setelah perayaan Galungan, dalam kepercayaan masyarakat Bali terdapat rentang waktu khusus dimana masyarakat tidak melangsungkan upacara-upacara besar, khususnya acara yang bersifat terencana seperti perkawinan, nyekah, ngaben, dan acara-acara lainnya. Rentang waktu tersebut sering dikenal sebagai istilah Nguncal Balung. Waktu pantang tersebut dimulai dari Buda Pon Sungsang sampai Buda Kliwin Wuku Pahang atau yang sering disebut dengan Buda Kliwon Pegat Wakan.

Nguncal Balung berasal dari kata nguncal yang berarti membuang dan kata Balung yang artinya tulang. Jadi tradisi Nguncal Balung ini sebenarnya bermaksud untuk mengurangi kegiatan menyembelih hewan yang identik dengan perayaan-perayaan besar. Ketika tradisi ini dihubung-hubungan dengan munculnya pantangan untuk mengadakan upacara-upacara besar ketika Nguncal Balung, sejak dilaksanakannya Karya Eka Dasa Rudra, tradisi ini pun disesuaikan kembali artinya. Jadi pantangan tersebut tidak berlaku kaku sekali dan mengikuti perubahan agar tidak menjadi beban untuk umat Hindu.

Secara filosofis, tradisi Nguncal Balung dapat diartikan sebagai perwujudan untuk melepaskan kekuatan dari Sang Kala Tiga yang tidak lain adalah sifat-sifat kala menjadi kekuatan Sanghyang Tiga Wisesa. Di sini, Sang Kala Tiga adalah Bhuta Galungan yang menggoda umat Hindu menjelang perayaan Galungan.

Terkait pantangan untuk mengadakan upacara-upacara besar ketika sedang masa Nguncal Balung, masyarakat Bali yang masih menjaga nilai-nilai tradisional sudah memahami hal ini. Selain itu, dari sisi padewasan, rentang waktu sepanjang Buda Pon Sungsang sampai Buda Kliwon Pahang dipercaya merupakan dewasa yang tidak baik. Pada rentang waktu tersebut dewasa yang ada dipercaya tidak memiliki balung atau tulang yang berarti tidak mempunyai pengukuh atau penguat. Oleh sebab itu, masyarakat tidak disarankan untuk melangsungkan upacara atau perayaan besar yang sifatnya ngewangin pada rentang tersebut. Namun, pantangan ini tidak berlaku untuk upacara-upacara rutin misalnya tegak piodalan ataupun tegak otonan. Upacara ini masih tetap boleh dilakukan dan tidak perlu diundur.

See also  Tradisi Bau Nyale, Kebudayaan Penuh Filosofi di Lombok, NTB

Salah satu upacara yang tidak diperbolehkan dilaksanakan pada saat Nguncal Balung adalah upacara bhuta yadnya seperti tawur. Berdasarkan yang tertulis pada lontar Kusumadewa Whidi, tawur sasi Kasanga sebaiknya dilakukan pada saat Tilem. Namun, jika upacara ini kebetulan tiba pada saat wuku Sungsang, Kuningan, Medangsia, Langkir, Pahang, Pujut, dan Dungan, maka tawur dalam Sasih Kasanga sebaiknya tidak dilaksanakan sebelum wuku Pahang atau sebelum wuku Dungulan. Selain upacara-upacara keagamaan, beberapa aktivitas seperti membuat tempat pemujaan dan membangun rumah juga tidak disarankan pada saat Nguncal Balung. Ini didasarkan dari pemikiran bahawa selama rentang Nguncal Balung, dewa-dewa dalam keadaan somia. Hal ini dipercaya akan berpengaruh terhadap seluruh ciptaan-Nya. Binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan unsur-unsur alam lainnta dipercaya tidak memiliki kekuatan seperti biasanya.

Di beberapa tempat, terutama di daerah Badung dan Denpasar, tradisi Nguncal Balung ini sudah mengalami pergesaran. Larangan untuk melangsungkan upacara selama Nguncal Balung sudah banyak diabaikan. Oleh sebab itu, di daerah-daerah ini kadang upacara Ngaben atau Nganten dilaksanakan pada rentang Nguncal Balung. Pergeseran nilai tersebut merupakan hal yang wajar. Selain itu tradisi keagamaan juga tidak selalu bersifat kaku.

Namun, menganggap tradisi ini sebagai mitos tentu juga kurang tepat. Sebenarnya, tradisi ini ingin mengajarkan betapa pentingnya manusia berkonsentrasi dalam melakukan sebuah upacara atau kehiatan. Selama rentang Nguncal Balung, ada banyak perayaan yang memerlukan konsentrasi umat Hindu. Hari-hari raya tersebut juga tergolong besar. Jika pada waktu yang penuh dengan perayaan lalu menggelar upacara besar, hal ini tentu akan membuat konsentrasi umat menjadi terbagi.

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments