Tak lengkap rasanya mengunjungi Pontianak jika tidak berkunjung ke kawasan sungai Kapuas. Suangai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia. Selain itu, kawasan sungai Kapuas yang terletak di timur Pontianak ini juga merupakan detak jantung kota Pontianak. Disinilah sejarah kota Pontianak bermula, ditangan seorang sultan yang melakukan perjalanan dari kerajaan Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas.
Ia pergi merantau untuk menyebarkan agama Islam, lalu menikahi seorang adik sultan dan sukses dalam perdagangannya sehingga memiliki modal untuk membuka sebuah pemukiman baru. Ia menebas hutan sekitar sungai Kapuas dan mendirikan Istana Kesultanan Kadariah sebelum kemudian membuat Masjid Jami’ yang pada awalnya hanya sebuah langgar sederhana, kemudian dipugar oleh sultan-sultan selanjutnya dan diubah namanya menjadi Masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie sebagai tanda penghormatan bagi pendiri kota Pontianak ini.
Selainmerupakan merjid pertama di Pontianak, mesjid yang berhadapan langsung denan sungai Kapuas ini juga merupakan merjid terbesar di Pontianak. Semenjak pembangunan pertamanya oleh Sultan Abdurrahman Alkadrie, masjid jami ini mengalami beberapa pemugaraannya. Pada saat waktu shalat tarawih di bulan Ramadhan dan pada waktu shalat Jum’at di hari Jum’at, mesjid yang bisa menampung sampai 1.500 jemaah ini akan dipenuhi jemaah sampai bagian luar masjid. Bahkan pada saat Iedul Fitri, jemaah bisa sampai ke sungai Kapuas, ada beberapa jema’ah yang shalat berjamaah dari perahu di sungai Kapuas di hadapan masjid ini.
Bangunan masjid jami Sultan Abdurrahman Alkadrie ini juga menerapkan gaya Melayu, terlihat dari gaya rumah berkolong mesjid ini. Namun saat ini masjid jami Sultan Abdurrahman Alkadrie tidak algi berkolong karena kolongnya sudah dicor dengan semen untuk menghindari tanah amblas karena struktur tanah yang bergambut. Masjid ini awalnya dibangun selain untuk menonjolkan budaya Melayu juga untuk menghindari banjir mengingat lokasinya yang berhadapan dengan sungai Kapuas/ Selain itu, ada juga gaya lain yang terlihat memengaruhi masjid jami Sultan Abdurrahman Alkadrie yaitu gaya Jawa, Timur Tengah, dan Eropa. Gaya Jawa terlihat dari gaya atap berundak tajug yang sangat mencirikan budaya Jawa. Sedangkan gaya Timur Tengah terlihat dari kubah utama dan juga mimbar yang membentuk kubah. Sementara itu, gaya Eropa terlihat dari mahkota yang terdapat di ujung atapnya yang berundak tajug.
Mesjid tertua di Pontianak yang berusia kurang lebih 170 tahun ini memiliki material bangunan yang didominasi oleh kayu belian. Kayu ini terlihat di hampir setiap sudut masjid, misalnya di lantai, dinding,menara, beduk besar di serambi masjid, bahkan enam tiang yang menyangga keseluruhan bangunan mesjid. Walaupun telah dipugar beberapa kali oleh sultan-sultan dan juga pemerintah, mesjid ini tetap tidak mengalami perubahan terlalu banyak, tetap terlihat garis-garis masa lalu yang bisa mengingatkan anda pada masa yang bahkan anda sendiri tidak pernah mengalaminya.
Wisata lain di kawasan masjid jami Sultan Abdurrahman Alkadrie adalah restoran mengaung yang bisa memberi suasana makan yang berbeda di sore hari atau malam hari. Anda akan menikmati suasana makan diatas perahu di sungai Kapuas. Perahu-perahu dilengkapi meja dan kursi seperti restoran, juga lampu-lampu dan makanan disediakan untuk dijual. Mungkin agak mengocok perut jika makan diatas perahu yang bergoyang diatas air, tapi ini pasti akan menjadi pengalaman yang tidak akan pernah anda lupakan.